BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar belakang
Epinefrin
dan nor epinefrin (NE) merupakan obat simpatomimetik yang bekerja pada susunan
saraf simpatis. Kedua obat ini bekerja sebagai obat simpatomimetik yang bekerja
langsung pada reseptor adrenergik di membran sel efektor, terutama pada
reseptor α dan β. Efek yang ditimbulkan
dari perangsangan reseptor adrenergik α adalah terutama efek vasokonstriksi
sistemik atau lokal, sedangkan efek dari perangsangan reseptor β adrenergik
adalah terutama pada reseptor β1 akan menyebabkan kenaikan frekuensi jantung,
kekuatan kontrksi jantung.
Penggunaan
kedua obat simpatomimetik ini adalah untuk keadaan akut dari reaksi
anafilaktik, keadaan hipotensi akibat gagal jantung, dan juga pada keadaan asma
akut yang tidak bereaksi dengan menggunakan obat-obatan lain.
Pemberian
obat-obat simpatomimetik ini dianjurkan secara intra vena baik secara bolus
ataupun drip (pemberian secara terus menerus) atau secara intra cardial yang
sekarang sudah tidak dianjurkan lagi.
Efek
samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan kedua obat simpatomimetik
epinefrin dan NE adalah terjadinya angina pektoris, ruptur aorta, dan atau
perdarahan otak, cardiac arrest, dan nekrosis jari-jari.
II.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan refrat ini adalah untuk mengetahui cara kerja, indikasi, cara pemberian,
dan efek samping dari pemberian obat golongan simpatomimetik epinefrin dan nor
epinefrin.
III.
Manfaat Penulisan
Dengan
adanya refrat ini diharapkan pemberian obat golongan simpatomimetik dan tepat
sasaran sesuai dengan indikasi, cara pemberian dan efek samping obat-obat ini
berdasarkan atas cara kerja fisiologisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. SUSUNAN SARAF SIMPATIS
Sistem
saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom. Serat-serat saraf
vasomotor simpatik meninggalkan medulla spinalis melalui semua saraf spinal
toraks dan lumbal pertama dan kedua. Serat-serat ini masuk ke dalam rantai
simpatis dan kemudian ke sirkulasi melalui dua jalan; (1) melalui saraf
simpatis spesifik yang terutama menginervasi
vaskulatur dari viscera internal dan jantung, serta (2) melalui nervus
spinalis yang terutama menginervasi vaskulatur daerah perifer.1
Inervasi sistem saraf simpatis
terhadap pembuluh darah, pada arteri kecil dan arteriol adalah meningkatkan
tahanan dan dengan demikian akan menurunkan kecepatan aliran darah yang melalui
jaringan, inervasi terhadap pembuluh besar, terutama vena, akan memungkinkan
untuk menurunkan volume pembuluh ini dan akan mengubah volume sistem sirkulasi
perifer, hal ini akan berperan penting dalam pengaturan sirkulasi jantung. Sistem saraf simpatis jelas meningkatkan
aktivitas jantung, meningkatkan frekuensi jantung, dan menaikkan kekuatan
pemompaan.1
Sistem
saraf simpatis mengangkut serat vasokonstriktor
dalam jumlah banyak sekali dan hanya sedikit serat vasodilator. Distribusi
serat ini lebih banyak ke beberapa jaringan
terutama di ginjal, usus, limfa, dan kulit tetapi kurang kuat di otot
rangka dan otak. Pada suatu percobaan yang memblok saraf simpatis dari sistem
saraf pusat ke perifer akan menurunkan
tekanan darah, hal ini menunjukkan hilangnya tonus vasokonstriktor di seluruh
tubuh, setelah disuntikkan norepinefrin intravena dan dialirkan ke seluruh
pembuluh darah, pembuluh mengalami konstriksi dan tekanan arteri meningkat
ketingkat yang lebih besar daripada normal selama 1 atau 2 menit sampai
norepinefrin itu sendiri hancur. Bersamaan dengan terjadinya vasokontriksi
akibat rangsangan system saraf simpatis, juga akan meningkatkan aktivitas
jantung.1
Seluruh
fungsi vasokonstriktor dan kardioakselerator dari sistem saraf simpatis
dirangsang sebagai satu unit/ kesatuan yang berperan dalam pengaturan tekanan
arteri secara cepat. Akibatnya akan terjadi 3 perubahan utama secara serentak,
yang masing-masing akan saling membantu untuk meningkatkan tekanan arteri, antra
lain; (1) hampir seluruh arterior dalam tubuh akan berkonstriksi, hal ini akan
meningkatkan tahanan perifer total, menghalangi laju aliran darah dari arteri
dan dengan demikian akan meningkatkan tekanan arteri. (2) pembuluh besar
lain dalam sirkulasi, terutama vena akan
berkonstraksi sama kuat, keadaan ini akan menggantikan darah yang keluar dari
pembuluh darah perifer berukuran besar ke arah jantung, hal ini kemudian
menyebabkan jantung berdenyut dengan kekuatan yang lebih besar dan oleh karena
itu memompa darah lebih besar pula, hal ini akan meningkatkan tekanan arteri.
(3) jantung sendiri secara langsung dirangsang oleh sistem saraf otonom yang
selanjutnya memperkuat pemompaan jantung.1,2
Bila
sebagian besar saraf simpatis melepaskan impuls pada saat bersamaan yang disebut
pelepasan impuls secara massal, akan meningkatkan kemampuan otot untuk
melakukan aktivitas otot yang besar, yang secara ringkas kejadiannya antara
lain; (1) peningkatan tekanan arteri, (2) peningkatan aliran darah untuk
mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organ-organ
yang tidak diperlukan untuk melakukan aktivitas motorik yang cepat, (3)
peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh, (4) peningkatan
konsentrasi glukosa darah, (5) peningkatan proses glikolisis di hati dan otot,
(6) peningkatan kekuatan otot, (7) peningkatan aktivitas mental, (8) peningkatan
kecepatan koagulasi darah.1
II.
SIMPATOMIMETIK
Obat simpatik atau simpatomimetik
adalah obat adrenergik karena efek yang ditimbulkannya mirip perangsangan saraf
adrenergik, atau mirip efek neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin dari susunan saraf simpatis.
Kerja simpatomimetik dapat dibagi dalam 7 jenis; (1) perangsangan perifer
terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap kelenjar air
liur dan keringat; (2) penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus,
dan pembuluh darah otot rangka; (3) perangsangan jantung, dengan akibat
peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi; (4) perangsangan SSP,
misalnya perangsangan pernafasan, peningkatan kewaspadaan, aktifitas
psikomotor, dan pengurangan nafsu makan; (5) efek metabolik, misalnya
peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis dan penglepasan asam
lemak bebas dari jaringan lemak; (6) efek endokrin, misalnya mempengaruhi
sekresi insulin, renin, dan hormon hipofisis; dan (7) efek prasinaptik, dengan
akibat hambatan atau peningkatan penglepasan neurotransmitter NE dan Ach.1,2,3,4,5
Dalam sistem saraf simpatis
transmitor yang berperan adalah noradrenalin yang disintesis dalam ujung saraf
itu dari tirosin. Di dalam sitoplasma tirosin ini kemudian mengalami
hidroksilasi menjadi dopa yang kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi
dopamin. Dopamin dimasukkan ke dalam vesikel penyimpan transmitter secara aktif
menggunakan suatu carrier. Di dalam vesikel dopamin diubah menjadi norepinefrin.1,6
Menurut Alquist (1948) ada 2 tipe
adrenoseptor yang menyebabkan ada pembedaan efek beberapa obat simpatik pada
organ tubuh, yaitu adrenosptor alfa (α) yang bertanggung jawab atas fungsi
eksitatif (misalnya vasokonstriksi dan kontraksi otot dilator pupil), dan
fungsi inhibisif ( misalnya relaksasi otot polos usus) dan adrenoseptor beta
(β) bertanggung jawab atas fungsi inhibisif (misalnya vasodilatasi pembuluh
darah dalam otot rangka, relaksasi uterus dan bronkus), dan fungsi eksitatif
yaitu stimulasi jantung. Pada saat ini adrenoseptor α dibedakan menjadi
adrenoseptor α1 (α1A, α1B, dan α1D)
dan adrenoseptor α2 (α2A,
α2B dan α2C). adrenoseptor β dibedakan lagi menjadi subtipe
adrenoseptor β1 pada jantung, subtipe β2 pada bronkus dan
uterus serta subtipe β3 pada sel lemak.4,5
Hubungan struktur – aktivitas dimulai
dari norepinefrin atau epinefrin, dikembangkan berbagai simpatomimetik
sintetik, dan dengan ini ditemukan hubungan antara struktur kimia dan efek
farmakologis, yaitu antara lain
§ Cincin benzen tidak merupakan keharusan untuk kualitas kerjanya,
tetapi dapat misalnya digantikan dengan berbagai cincin heterosiklik lain
§ Percabangan rantai samping dari gugus feniletilamin, dehidrasi gugus
hidroksil alkohol sekunder dan metilasi cincin aromatis akan memperlemah
kerjanya,
§ Hilangnya gugus hidroksil fenolik akan memperbaiki lama kerja dan
aktivitas oral, memperkecil kerja perifer dan meningkatkan kerja pusatnya
§ Perpanjangan rantai penyulih pada N amino akan meninggikan
afinitasnya pada reseptor β, sedangkan afinitas pada reseptor α akan berkurang.
Dengan memasukkan penyulih yang cocok akan didapat senyawa yang terutama
mempunyai kerja β2 simpatomimetik.2
- Simpatomimetik kerja langsung
Kebanyakan obat adrenergik bekerja
secara langsung pada reseptor adrenergik di membrane sel efektor. Akan tetapi,
berbagai obat adrenergic tersebut berbeda dalam kapasitasnya untuk mengaktifkan
berbagai jenis reseptor adrenergik. Sehingga obat simpatomimetik tersebut dapat
bekerja utama terhadap reseptor α, yang berefek vasokonstriksi sistemik atau
lokal, yang berguna untuk mengangani gangguan tekanan darah hipotonik.
Sedangkan simpatomimetik yang bekerja pada reseptor β tergantung reseptor β1
atau β2 yang dipengaruhi, jika reseptor β1 yang
dipengaruhi maka akan menyebabkan kenaikan frekuensi jantung, kenaikan kekuatan
kontraksi jantung dan bertambahnya laju penghantaran rangsang. Stimulasi
reseptor β2 akan menyebabkan
relaksasi otot bronkus dan uterus serta dilatasi pembuluh.2,3
- Simpatomimetik kerja tak langsung
Kerja tak langsung adalah menimbulkan
efek adrenergik melalui penglepasan NE yang tersimpan dalam ujung saraf
adrenergik, karenanya, efek obat-obat ini menyerupai efek NE, tetapi timbulnya
lebih lambat dan masa kerjanya lebih lama. Penglepasan NE
oleh obat-obat ini tidak disertai dengan penglepasan enzim dopamin β
hidroksilase yang terdapat di dalam gelembung sinaps sehingga diperkirakan
tidak melibatkan eksositosis.2,3
1.
Epinefrin ( Adrenalin)2,3,4,5,6,8,9,10
Bentuk levo dari neurohormon SS
bersama turunannya NA dibebaskan dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dirangsang.
Zat ini dihasilkan oleh anak ginjal (medulla kelenjar adrenal) dan berperan
pada metabolisme karbohidrat dan lemak.Epinefrin merupakan suatu hormon yang
bekerja sebagai neurotransmitter, yang merupakan sebuah hormon katekolamin dari
derivat monoamin dari asam amino fenilalin dan tirosin. Formula kimianya adalah
C9H13NO3.4
Epinefrin berperan penting pada
reaksi stress, bekerja meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dilatasi
pupil dan meningkatkan kadar gula darah serta mendistribusikan darah menuju
kulit dan organ-organ dalam.5
Kerja dari
epinefrin menyerupai stimulasi dari saraf adrenergik. Tingkat kerjanya pada
reseptor α dan β. Aksinya terutama pada reseptor β di pembuluh
darah dan otot polos lainnya.5
Epinefrin memiliki
semua khasiat adrenergis α dan β, tetapi efek β lebih kuat. Epinefrin mempunyai efek
meningkatkan tekanan darah (vasopresor) yang sangat kuat. Epinefrin juga
meningkatkan tekanan darah melalui aktivitas adrenoseptor β1 jantung (kronotropik dan inotropik
positif) sehingga cardiac output naik, dan stimulasi adrenoseptor α pada otot polos
dinding pembuluh darah kulit dan mukosa ( vasokonstriksi). Efek vasokonstriksi epinefrin
terutama pada arteriola kecil dan sfingter prekapiler sehingga menaikkan
tahanan perifer. Pada dosis kecil epinefrin juga mengaktivasi adrenoseptor β2
pada otot polos dinding pembuluh darah dalam bundle otot lurik dan
pembuluh koroner, berakibat vasodilatasi. Pada dosis besar terjadi dominasi
aktivitas adrenoseptor α1 sehingga tekanan perifer meningkat, dan aktivasi adrenoseptor β1 sehingga curah jantung meningkat. Kedua
hal itu meningkatkan tekanan darah.6
Ketika
epinefrin diberikan secara bolus ke pembuluh vena secara cepat akan
meningkatkan tekanan darah terutama sistol dengan cara (1). Stimulasi otot
jantung secara langsung dengan cara meningkatkan kekuatan kontraksi ventrikel;
(2). Meningkatkan denyut jantung; (3). Kontraksi arteriola-arteriola di kulit,
mukosa dan sirkulasi daerah lien.5
Ketika
diberikan secara drip intravena secara perlahan, epinefrin hanya meningkatkan
systole yang tidak begitu bermakna, dan menurunkan tekanan diastole. Meskipun
kadang-kadang terjadi peningkatan tekanan nadi, tetapi hal ini tidak berarti
meningkatkan tekanan darah rata-rata. Karena itu, mekanisme reflek kompensasi dengan
cara peningkatan tekanan darah langsung di jantung oleh epinefrin seperti
halnya katekolamin yang aksinyasangat dominan pada reseptor α.5
Tekanan
perifer total menurun akibat aksi epinefrin pada reseptor β di otot polos
pembuluh darah dan akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Terkadang efek
vasodilator dari obat ini pada sirkulasi predominan sehingga tekanan sistol
sedikit meningkat akibat efek obat yang diberikan secara drip intravena. Efek
utama epinefrin adalah stimulasi jantung secara langsung dan peningkatan
cardiac output.5
.
Pada
saluran nafas epinefrin menstimulasi adrenoseptor β2 pada otot polos bronkus sehingga timbul
bronchodilatasi. Efek itu tampak jelas jika sebelumnya sudah ada
bronchokonstriksi. Adrenalin yang punya efek vasokonstriksi melalui stimulasi
adrenoseptor α sehingga dapat mengurangi kongesti mukosa hidung dan memperkuat efek
pelebaran saluran nafas.2,3,4,5
Epinefrin merupakan zat endogen yang amat penting dalam
pengaturan metabolisme karbohidrat. Epinefrin meningkatkan glikogenolisis di
dalam hepar dan otot rangka, menghambat sekresi insulin melalui stimulasi adrenoseptor
α (
lebih dominant daripada naiknya sekresi insulin melalui stimulasi adrenoseptor β2). Epinefrin juga memacu pemecahan lemak
(lipolisis) melalui aktivasi adrenoseptor β1 dan meningkatkan aktivitas lipase.2,3,4
Penggunaan epinefrin terutama sebagai analeptikum, yaitu
obat stimulant jantung yang aktif sekali pada keadaan darurat, seperti kolaps,
syok anafilaktik, atau henti jantung. Obat ini sangat efektif pada serangan
asma akut, tetapi harus sebagai injeksi karena peroral adrenalin akan diuraikan
oleh getah lambung. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa epinefrin dapat
mencegah perlengketan platelet dengan neutrofil. 2,4,7,8,9
Penggunaan epinefrin harus mempertimbangkan bahwa senyawa
ini akan meningkatkan penggunaan oksigen, dan karena itu walau terjadi vasodilatasi
atreria koronaria dapat menimbulkan serangan angina pectoris.2,4,5
Indikasi pemberian Epinefrin secara intravena adalah
untuk pengobatan hipersensitivitas akut (obat reaksi anafilaktik, serum hewan
dan reaksi allergen), pengobatan serangan asma akut karena dapat menghilangkan
reaksi bronkospasme yang tidak bereaksi dengan obat-obat yang lain., juga
digunakan untuk pengobatan dan pencegahan serangan jantung, serangan stroke dan
adam stroke sindrom. Pada serangan henti jantung
terutama ventrikel, yang pertama harus dipertimbangkan untuk melakukan tindakan
dari luar yaitru dengan melakukan pijat jantung luar dan atau defibrilasi
elektrik. Pemberian epinefrin dapat dengan pace maker, pungsi intrakardial dan
injeksi intramiocardial mungkin dapat efektif.2,3,4,5,7,8,10
Dosis
dewasa pemberian epinefrin secara intravena untuk menghilangkan
bronkospasme adalah 0,1-0,25 mg (1-2,5 ml epinefrin dalam larutan
10,000ml), pemberian epinefrin dianjurkan
secara drip. Pada neonatus boleh diberikan 0,01 mg/kgbb. Untuk bayi dosis insial yang adekuat sekitar 0,05
mg dan akan bertahan selama 20-30 menit pada serangan asma.5,8
Dosis pada
serangan jantung adalah 0,5- 10 mg ( 5- 10 ml dalam larutan 10,000). Epinefrin
dapat diberikan selama melakukan resusitasi dengan di injeksikan intravena 5
ml setiap 5 menit.5
Injeksi intra kardial hanya boleh
dilakukan oleh orang yang terlatih, dan pemberian intravena tidak dapat
dilakukan. Dosis pemberian intrakardial mulai dari 0,3 sampai 0,5 mg (3-5 ml dalam
larutan 10,000).
Pemberian epinefrin harus hati-hati
pada pasien hipertiroid, hipertensi, dan
aritmia cordis, juga pada pasien yang terdapat hambatan monoamine oksidase
(MAO) harus diwaspadai karena dapat meningkat tekanan darah. Epinefrin tidak
boleh digunakan dengan obat simpatomimetik lain (misal isoproterenol) karena
kemungkinan dapat meningkatkan efek dan toksisitas.2,4,5
Epinefrin tidak dapat melewati sawar
darah – otak. Efek sentral yang terlihat setelah pemberian adrenalin (misalnya rasa takut) adalah murni reflektoris.
Katekolamin yang ada di otak yang menjalankan fungsi penghantar rangsang, tidak
diambil dari sirkulasi darah, melainkan disintesis sendiri di otak.2,5
Efek epinefrin juga dapat
meningkatkan aritmia cordis yang serius, epinefrin hanya dianjurkan jika obat-obat
lain yang digunakan tidak menunjukkan reaksi.4,5
Pemberian epinefrin pada pasien yang
di lakukan general anestesi dengan cyclopropane atau haloten hidrokarbon
(halotan ) yang sensitive terhadap miokardium dapat menyebabkan aritmia cordis.
Epinefrin akan menurunkan efek dari obat-obat yang memblok reseptor β
adrenergik seperti digitalis dan glikosid. Pembrian epinefrin bersama agen
diuretic dan obat anti hipertensi akan menurunkan efek obat-obat tersebut
karena epinefrin juga mempengaruhi kerja ginjal dan memblok neuron yang diproduksi
oleh guanehidine, sehingga dosis obat-obat tersebut harus dinaikkan.5
Peningkatan
tekanan darah arteri dapat mengakibatkan angina pectoris, rupture aorta, dan
atau perdarahan otak. Juga dapat menyebabkan aritmia cordis yang serius pada
pasien penderita sakit jantung dan pada pasien yang juga menggunakan
obat-obatan yang berefek terhadap miokardium.2,4,5
Pemberian
epinefrin per parenteral dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah renal
dan dapat mengurangi produksi urine.5
Pemberian
epinefrin dianjurkan untuk terapi alergi yang parah, atau keadaan darurat
meskipun pereparat ini mengandung sodium metabisulfite dimana sulfite dapat
menyebabkan reaksi alergi termasuk reaksi anafilaktik atau bahaya yang
mengancam jiwa ataupun memperberat episode asma pada beberapa pasien.5
Efek
samping adrenalin yang penting pada dosis tinggi adalah nokrosis jari-jari
akibat vasokonstriksi dan akhirnya kolaps.4
2.
Nor Epinefrin.
Adalah derivat tanpa gugus metal pada
atom N. neurohormon ini khususnya berkhasiat langsung terhadap reseptor α
dengan efek vasokonstriksi dan naiknya
tekanan darah. Efek β hanya ringan kecuali kerjanya pada jantung (β1).
Karena efek sampingnya lebih ringan, maka lebih disukai penggunaannya pada syok
dan sebagainya.4
Norepineprin
merupakan hormon katekolamin dan penetilamin dengan rumus kimia C8H11NO3
yang dilepaskan dari kelenjar adrenal ke dalam darah. Tetapi hormon ini juga
termasuk neurotransmitter pada sistem saraf yang dilepaskan dari neuron
noradrenergik selama transmisi sinaptik. Norepineprin adalah salah satu hormon
stress dan sebagian efek pada otak untuk mengendalikan perhatian dan
rangsangan. Seperti epineprin yang mempunyai efek fight or flight respon
mengaktifkan sistem saraf simpatis yang langsung meningkatkan denyut jantung,
memproduksi energi dari lemak Dan tenaga otot.11
Secara
alami norepineprin diaktifkan karena situasi stress yang diaktifkan oleh
nucleus di batang otak yang disebut locus ceruleus. Nukleus
ini adalah lintasan alami norepineprin di otak . Neuron-neuron menggunakan
epineprin sebagai neurotransmitternya dimulai dari locus ceruleus sepanjang
lintassan yang menuju ke korteks serebri , sistem limbic, dan medulla spinalis.
Epineprin bekerja pada reseptor a Dan b.11
Norepineprin di bentuk di medulla
adrenal dari asam amino tirosin, reaksi pertama dioksidasi menjadi dihidroksi
penilalanin (L-DOPA) diikuti oleh dekarboksilasi selanjutnya neurotransmitter
dopamine dan akhirnya terjadi b oksidasi menjadi norepineprin selanjutnya dapat metilasi menjadi
epineprin.11
Cara kerja epinefrin adalah memacu
reseptor a pada pembuluh darah arteri dan vena
serta b1
pada jantung menghasilkan vasokonstriksi perifer dan stimulasi jantung dan
kontraktilitas, efek sekunder dari norepineprin
terhadap kontraktilitas otot jantung adalah vasodilatasi koroner.11
Efek
vasokonstriksi norepinefrin adalah kecuali pada arteri koronaria akan
meningkatkan tekanan darah sistole dan diastol. Pada organ terisolasi,
frekuensi jantung dan curah jantung juga akan ditinggikan oleh norepinefrin.
Karena norepinefrin hanya mempunyai kerja β simpatomimetik yang lemah pada reseptor β2 otot polos bronchus, maka kerja
relaksasinya pada otot usus dan bronchus kecil saja. Selain itu hanya sedikit
menaikkan kadar gula darah. Norepinefrin mempunyai reaksi yang kuat terhadap
reseptor α dan β1. Metilasi N amin
norepinefrin akan meningkatkan afinitas pada reseptor β. Dengan memasukkan satu gugus alkyl yang
besar pada N ini akan dapat memperbesar afinitasnya ini sedangkan afinitas pada
reseptor α akan berkurang.1,11,12
Indikasi
pemberian norepinefrin adalah dengan melihat kerjanya yang bersifat
vasokonstriksi maka sangat baik diberikan pada pasien perdarahan difus dengan
cara pemberian lokal. Dan juga baik sebagai tambahan pada anestetika lokal dan
syok neurogenik digunakan melalui infus tetes (drip), karena setelah
diinjeksikan kenaikan tekanan darah hanya bertahan beberapa menit. Juga
digunakan pada keadaan penurunan tekanan darah akibat hipotensi akut, terapi
cardiac arrest.11
Dosis
pemberian epinefrin adalah Dewasa : pemberian intravena 2-3 ml/menit dengan
dosis 4 mcg/ml (8-12 mcg/menit). Untuk meningkatkan respon digunakan dosis yang
lebih tinggi (lebih dari 16 mcg/menit). Dapat juga digunakan pada pasien dengan
pembatasan cairan. Dosis pemeliharaan 2-4 mcg/menit, tetapi terkadang
dibutuhkan dosis tinggi dan penggunaan terapi jangka panjang.4,11
Pemberian
epinefrin bersama Fhuzolidone, guenitidin, MAO Inhibitor, Metildopa, Rauwolfi
alkaloid bisa meningkatkan respon tekanan, yang biasanya terjadi pada
hipertensi berat. Pemberian bersama normal saline menyebabkan nor epinefrin
dapat kehilangan efek terapinya. Dengan obat oksitosin, dapat menyebabkan
hipertensi berat dan persisten. Jika diberikan bersama Penothiazine ( contoh
Clorpromazine) dapat menurunkan efek Norefinefrin, Antidepresan Trisiklik dapat
meningkatkan respon Nor epinefrin.11
Reaksi-reaksi
pemberian nor epinefrin pada pasien dapat mengakibatkan reaksi terhadap
organ-organ antara lain:
Cardiovaskuler: Hipotensi, meningkatkan tahanan pembuluh
darah perifer, menurunkan karbon monoksida, prekordial pain, ventrikuler
aritmia, reflek bradikardi
Respirasi : gangguan pernafasan.
Sistem saraf pusat : sakit kepala, pusing, tremor,
insomnia Dan ansietas.
Metabolisme : Asidosis metabolic Dan hiperglikemia.
Lain-lain : Gangren (jika
disuntikkan pada pembuluh vena kecil), pembesaran tiroid, iritasi akibat
ekstravasasi, penurunan produksi urine.11
Kontraindikasi pemberian epinefrin
adalah hipovolemi, kecuali bila volume darah sudah di rehidrasi. Trombosis vaskuler mesenterikus dan
perifer. Kontraindikasi relatif pada saat anestesi general dengan menggunakan
halotan dan sicloprofane dan pada keadaan hipoksia dan hiperkarbia.11
BAB III
KESIMPULAN
Obat
simpatomimetik adalah obat adrenergik karena efek yang ditimbulkannya mirip
dengan perangsangan saraf adrenergik atau efek neurotransmitter epinefrin dan
norepinefrin dari susunan saraf simpatis.
Terdapat 2
tipe adrenoseptor yaitu adrenosptor α yang bertanggung jawab atas reaksi
eksitatif ( misalnya vasokonstriksi dan kontraksi otot dilator pupil) dan raksi
inhibisi (misalnya relaksasi otot polos usus). Tipe adrenoseptor kedua adalah
adrenoseptor β yang bertanggung jawab atas reaksi inhibisi (misalnya
vasodilatasi pembuluh darah dalam otot rangka, relaksasi uterus dan bronkus)
dan reaksi eksitatif (stimulasi jantung baik frekuensi dan kekuatannya).
Epinefrin
diindikasikan untuk pengobatan hipersensivitas akut (misalnya reaksi
anafilaktik), pengobatan serangan asma akut, pengobatan dan pencegahan serangan
jantung, serangan stroke dan adam stroke sindrom. Serta serangan henti jantung
mendadak, terutama pada ventrikel. Epinefrin juga dapat diberikan sebagai
analeptikum.
Pemberian
epinefrin dapat secara intra vena injeksi, tetesan drip, dan atau intracardial,
walaupun sekaran injeksi intrakardial sudah tidak direkomendasikan lagi.
Pemberian injeksi epinefrin harus hati-hati kerena dapat mengakibatkan angina
pektorism ruptur aorta, perdarahan otak dan nekrosis jari-jari.
Nor
epinefrin diindikasikan pada keadaan hipotensi akut dan sebagai terapi cardiac
arrest, perdarahan difus ataupun perdarahan lokal serta pada syok neurogenik. Nor epinefrin juga digunakan sebagai bahan
tambahan untuk anestesi lokal.
Pemberian
nor epinefrin dapat secara injeksi intravena drip dan digunakan untuk terapi
jangka panjang.
Nor
epinefrin kontra indikasi untuk pasien dalam keadaan hipovolemi, trombosis
vaskuler, serta pada keadaan hipoksia dan hiperkarbi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar