Selasa, 16 Agustus 2016

simpatomimetik



BAB I
PENDAHULUAN

I.       Latar belakang
Epinefrin dan nor epinefrin (NE) merupakan obat simpatomimetik yang bekerja pada susunan saraf simpatis. Kedua obat ini bekerja sebagai obat simpatomimetik yang bekerja langsung pada reseptor adrenergik di membran sel efektor, terutama pada reseptor α dan  β. Efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor adrenergik α adalah terutama efek vasokonstriksi sistemik atau lokal, sedangkan efek dari perangsangan reseptor β adrenergik adalah terutama pada reseptor β1 akan menyebabkan kenaikan frekuensi jantung, kekuatan kontrksi jantung.
Penggunaan kedua obat simpatomimetik ini adalah untuk keadaan akut dari reaksi anafilaktik, keadaan hipotensi akibat gagal jantung, dan juga pada keadaan asma akut yang tidak bereaksi dengan menggunakan obat-obatan lain.
Pemberian obat-obat simpatomimetik ini dianjurkan secara intra vena baik secara bolus ataupun drip (pemberian secara terus menerus) atau secara intra cardial yang sekarang sudah tidak dianjurkan lagi.
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan kedua obat simpatomimetik epinefrin dan NE adalah terjadinya angina pektoris, ruptur aorta, dan atau perdarahan otak, cardiac arrest, dan nekrosis jari-jari.

II.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk mengetahui cara kerja, indikasi, cara pemberian, dan efek samping dari pemberian obat golongan simpatomimetik epinefrin dan nor epinefrin.


III. Manfaat Penulisan
Dengan adanya refrat ini diharapkan pemberian obat golongan simpatomimetik dan tepat sasaran sesuai dengan indikasi, cara pemberian dan efek samping obat-obat ini berdasarkan atas cara kerja fisiologisnya.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.       SUSUNAN SARAF SIMPATIS
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom.  Serat-serat saraf vasomotor simpatik meninggalkan medulla spinalis melalui semua saraf spinal toraks dan lumbal pertama dan kedua. Serat-serat ini masuk ke dalam rantai simpatis dan kemudian ke sirkulasi melalui dua jalan; (1) melalui saraf simpatis spesifik yang terutama menginervasi  vaskulatur dari viscera internal dan jantung, serta (2) melalui nervus spinalis yang terutama menginervasi vaskulatur daerah perifer.1
Inervasi sistem saraf simpatis terhadap pembuluh darah, pada arteri kecil dan arteriol adalah meningkatkan tahanan dan dengan demikian akan menurunkan kecepatan aliran darah yang melalui jaringan, inervasi terhadap pembuluh besar, terutama vena, akan memungkinkan untuk menurunkan volume pembuluh ini dan akan mengubah volume sistem sirkulasi perifer, hal ini akan berperan penting dalam pengaturan sirkulasi jantung. Sistem saraf simpatis jelas meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan frekuensi jantung, dan menaikkan kekuatan pemompaan.1
Sistem saraf simpatis mengangkut serat vasokonstriktor  dalam jumlah banyak sekali dan hanya sedikit serat vasodilator. Distribusi serat ini lebih banyak ke beberapa jaringan  terutama di ginjal, usus, limfa, dan kulit tetapi kurang kuat di otot rangka dan otak. Pada suatu percobaan yang memblok saraf simpatis dari sistem saraf pusat ke perifer  akan menurunkan tekanan darah, hal ini menunjukkan hilangnya tonus vasokonstriktor di seluruh tubuh, setelah disuntikkan norepinefrin intravena dan dialirkan ke seluruh pembuluh darah, pembuluh mengalami konstriksi dan tekanan arteri meningkat ketingkat yang lebih besar daripada normal selama 1 atau 2 menit sampai norepinefrin itu sendiri hancur. Bersamaan dengan terjadinya vasokontriksi akibat rangsangan system saraf simpatis, juga akan meningkatkan aktivitas jantung.1
Seluruh fungsi vasokonstriktor dan kardioakselerator dari sistem saraf simpatis dirangsang sebagai satu unit/ kesatuan yang berperan dalam pengaturan tekanan arteri secara cepat. Akibatnya akan terjadi 3 perubahan utama secara serentak, yang masing-masing akan saling membantu untuk meningkatkan tekanan arteri, antra lain; (1) hampir seluruh arterior dalam tubuh akan berkonstriksi, hal ini akan meningkatkan tahanan perifer total, menghalangi laju aliran darah dari arteri dan dengan demikian akan meningkatkan tekanan arteri. (2) pembuluh besar lain  dalam sirkulasi, terutama vena akan berkonstraksi sama kuat, keadaan ini akan menggantikan darah yang keluar dari pembuluh darah perifer berukuran besar ke arah jantung, hal ini kemudian menyebabkan jantung berdenyut dengan kekuatan yang lebih besar dan oleh karena itu memompa darah lebih besar pula, hal ini akan meningkatkan tekanan arteri. (3) jantung sendiri secara langsung dirangsang oleh sistem saraf otonom yang selanjutnya memperkuat pemompaan jantung.1,2
Bila sebagian besar saraf simpatis melepaskan impuls pada saat bersamaan yang disebut pelepasan impuls secara massal, akan meningkatkan kemampuan otot untuk melakukan aktivitas otot yang besar, yang secara ringkas kejadiannya antara lain; (1) peningkatan tekanan arteri, (2) peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organ-organ yang tidak diperlukan untuk melakukan aktivitas motorik yang cepat, (3) peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh, (4) peningkatan konsentrasi glukosa darah, (5) peningkatan proses glikolisis di hati dan otot, (6) peningkatan kekuatan otot, (7) peningkatan aktivitas mental, (8) peningkatan kecepatan koagulasi darah.1



II.    SIMPATOMIMETIK
Obat simpatik atau simpatomimetik adalah obat adrenergik karena efek yang ditimbulkannya mirip perangsangan saraf adrenergik, atau mirip efek neurotransmitter norepinefrin  dan epinefrin dari susunan saraf simpatis. Kerja simpatomimetik dapat dibagi dalam 7 jenis; (1) perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap kelenjar air liur dan keringat; (2) penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka; (3) perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi; (4) perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernafasan, peningkatan kewaspadaan, aktifitas psikomotor, dan pengurangan nafsu makan; (5) efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis dan penglepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak; (6) efek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin, dan hormon hipofisis; dan (7) efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan neurotransmitter NE dan Ach.1,2,3,4,5
Dalam sistem saraf simpatis transmitor yang berperan adalah noradrenalin yang disintesis dalam ujung saraf itu dari tirosin. Di dalam sitoplasma tirosin ini kemudian mengalami hidroksilasi menjadi dopa yang kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi dopamin. Dopamin dimasukkan ke dalam vesikel penyimpan transmitter secara aktif menggunakan suatu carrier. Di dalam vesikel dopamin diubah menjadi norepinefrin.1,6
Menurut Alquist (1948) ada 2 tipe adrenoseptor yang menyebabkan ada pembedaan efek beberapa obat simpatik pada organ tubuh, yaitu adrenosptor alfa (α) yang bertanggung jawab atas fungsi eksitatif (misalnya vasokonstriksi dan kontraksi otot dilator pupil), dan fungsi inhibisif ( misalnya relaksasi otot polos usus) dan adrenoseptor beta (β) bertanggung jawab atas fungsi inhibisif (misalnya vasodilatasi pembuluh darah dalam otot rangka, relaksasi uterus dan bronkus), dan fungsi eksitatif yaitu stimulasi jantung. Pada saat ini adrenoseptor α dibedakan menjadi adrenoseptor α11A, α1B, dan α1D) dan adrenoseptor α2  2A, α2B dan α2C). adrenoseptor β dibedakan lagi menjadi subtipe adrenoseptor β1 pada jantung, subtipe β2 pada bronkus dan uterus serta subtipe β3 pada sel lemak.4,5
Hubungan struktur – aktivitas dimulai dari norepinefrin atau epinefrin, dikembangkan berbagai simpatomimetik sintetik, dan dengan ini ditemukan hubungan antara struktur kimia dan efek farmakologis, yaitu antara lain
§  Cincin benzen tidak merupakan keharusan untuk kualitas kerjanya, tetapi dapat misalnya digantikan dengan berbagai cincin heterosiklik lain
§  Percabangan rantai samping dari gugus feniletilamin, dehidrasi gugus hidroksil alkohol sekunder dan metilasi cincin aromatis akan memperlemah kerjanya,
§  Hilangnya gugus hidroksil fenolik akan memperbaiki lama kerja dan aktivitas oral, memperkecil kerja perifer dan meningkatkan kerja pusatnya
§  Perpanjangan rantai penyulih pada N amino akan meninggikan afinitasnya pada reseptor β, sedangkan afinitas pada reseptor α akan berkurang. Dengan memasukkan penyulih yang cocok akan didapat senyawa yang terutama mempunyai kerja β2 simpatomimetik.2

  1. Simpatomimetik kerja langsung
Kebanyakan obat adrenergik bekerja secara langsung pada reseptor adrenergik di membrane sel efektor. Akan tetapi, berbagai obat adrenergic tersebut berbeda dalam kapasitasnya untuk mengaktifkan berbagai jenis reseptor adrenergik. Sehingga obat simpatomimetik tersebut dapat bekerja utama terhadap reseptor α, yang berefek vasokonstriksi sistemik atau lokal, yang berguna untuk mengangani gangguan tekanan darah hipotonik. Sedangkan simpatomimetik yang bekerja pada reseptor β tergantung reseptor β1 atau β2 yang dipengaruhi, jika reseptor β1 yang dipengaruhi maka akan menyebabkan kenaikan frekuensi jantung, kenaikan kekuatan kontraksi jantung dan bertambahnya laju penghantaran rangsang. Stimulasi reseptor β2  akan menyebabkan relaksasi otot bronkus dan uterus serta dilatasi pembuluh.2,3

  1. Simpatomimetik kerja tak langsung
Kerja tak langsung adalah menimbulkan efek adrenergik melalui penglepasan NE yang tersimpan dalam ujung saraf adrenergik, karenanya, efek obat-obat ini menyerupai efek NE, tetapi timbulnya lebih lambat dan masa kerjanya lebih lama. Penglepasan NE oleh obat-obat ini tidak disertai dengan penglepasan enzim dopamin β hidroksilase yang terdapat di dalam gelembung sinaps sehingga diperkirakan tidak melibatkan eksositosis.2,3

1.      Epinefrin ( Adrenalin)2,3,4,5,6,8,9,10
Bentuk levo dari neurohormon SS bersama turunannya NA dibebaskan dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dirangsang. Zat ini dihasilkan oleh anak ginjal (medulla kelenjar adrenal) dan berperan pada metabolisme karbohidrat dan lemak.Epinefrin merupakan suatu hormon yang bekerja sebagai neurotransmitter, yang merupakan sebuah hormon katekolamin dari derivat monoamin dari asam amino fenilalin dan tirosin. Formula kimianya adalah C9H13NO3.4
Epinefrin berperan penting pada reaksi stress, bekerja meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dilatasi pupil dan meningkatkan kadar gula darah serta mendistribusikan darah menuju kulit dan organ-organ dalam.5
Kerja dari epinefrin menyerupai stimulasi dari saraf adrenergik. Tingkat kerjanya pada reseptor  α dan β. Aksinya terutama pada reseptor β di pembuluh darah dan otot polos lainnya.5
Epinefrin memiliki semua khasiat adrenergis α dan β, tetapi efek β lebih kuat. Epinefrin mempunyai efek meningkatkan tekanan darah (vasopresor) yang sangat kuat. Epinefrin juga meningkatkan tekanan darah melalui aktivitas adrenoseptor β1 jantung (kronotropik dan inotropik positif) sehingga cardiac output naik, dan stimulasi adrenoseptor α pada otot polos dinding pembuluh darah kulit dan mukosa ( vasokonstriksi). Efek vasokonstriksi epinefrin terutama pada arteriola kecil dan sfingter prekapiler sehingga menaikkan tahanan perifer. Pada dosis kecil epinefrin juga mengaktivasi adrenoseptor β2  pada otot polos dinding pembuluh darah dalam bundle otot lurik dan pembuluh koroner, berakibat vasodilatasi. Pada dosis besar terjadi dominasi aktivitas adrenoseptor α1 sehingga tekanan perifer meningkat, dan aktivasi adrenoseptor β1 sehingga curah jantung meningkat. Kedua hal itu meningkatkan tekanan darah.6
Ketika epinefrin diberikan secara bolus ke pembuluh vena secara cepat akan meningkatkan tekanan darah terutama sistol dengan cara (1). Stimulasi otot jantung secara langsung dengan cara meningkatkan kekuatan kontraksi ventrikel; (2). Meningkatkan denyut jantung; (3). Kontraksi arteriola-arteriola di kulit, mukosa dan sirkulasi daerah lien.5
Ketika diberikan secara drip intravena secara perlahan, epinefrin hanya meningkatkan systole yang tidak begitu bermakna, dan menurunkan tekanan diastole. Meskipun kadang-kadang terjadi peningkatan tekanan nadi, tetapi hal ini tidak berarti meningkatkan tekanan darah rata-rata. Karena itu, mekanisme reflek kompensasi dengan cara peningkatan tekanan darah langsung di jantung oleh epinefrin seperti halnya katekolamin yang aksinyasangat dominan pada reseptor α.5
Tekanan perifer total menurun akibat aksi epinefrin pada reseptor β di otot polos pembuluh darah dan akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Terkadang efek vasodilator dari obat ini pada sirkulasi predominan sehingga tekanan sistol sedikit meningkat akibat efek obat yang diberikan secara drip intravena. Efek utama epinefrin adalah stimulasi jantung secara langsung dan peningkatan cardiac output.5
.
            Pada saluran nafas epinefrin menstimulasi adrenoseptor β2 pada otot polos bronkus sehingga timbul bronchodilatasi. Efek itu tampak jelas jika sebelumnya sudah ada bronchokonstriksi. Adrenalin yang punya efek vasokonstriksi melalui stimulasi adrenoseptor α sehingga dapat mengurangi kongesti mukosa hidung dan memperkuat efek pelebaran saluran nafas.2,3,4,5
            Epinefrin merupakan zat endogen yang amat penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat. Epinefrin meningkatkan glikogenolisis di dalam hepar dan otot rangka, menghambat sekresi insulin melalui stimulasi adrenoseptor α ( lebih dominant daripada naiknya sekresi insulin melalui stimulasi adrenoseptor β2). Epinefrin juga memacu pemecahan lemak (lipolisis) melalui aktivasi adrenoseptor β1 dan meningkatkan aktivitas lipase.2,3,4
            Penggunaan epinefrin terutama sebagai analeptikum, yaitu obat stimulant jantung yang aktif sekali pada keadaan darurat, seperti kolaps, syok anafilaktik, atau henti jantung. Obat ini sangat efektif pada serangan asma akut, tetapi harus sebagai injeksi karena peroral adrenalin akan diuraikan oleh getah lambung. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa epinefrin dapat mencegah perlengketan platelet dengan neutrofil. 2,4,7,8,9
            Penggunaan epinefrin harus mempertimbangkan bahwa senyawa ini akan meningkatkan penggunaan oksigen, dan karena itu walau terjadi vasodilatasi atreria koronaria dapat menimbulkan serangan angina pectoris.2,4,5
            Indikasi pemberian Epinefrin secara intravena adalah untuk pengobatan hipersensitivitas akut (obat reaksi anafilaktik, serum hewan dan reaksi allergen), pengobatan serangan asma akut karena dapat menghilangkan reaksi bronkospasme yang tidak bereaksi dengan obat-obat yang lain., juga digunakan untuk pengobatan dan pencegahan serangan jantung, serangan stroke dan adam stroke sindrom. Pada serangan henti jantung terutama ventrikel, yang pertama harus dipertimbangkan untuk melakukan tindakan dari luar yaitru dengan melakukan pijat jantung luar dan atau defibrilasi elektrik. Pemberian epinefrin dapat dengan pace maker, pungsi intrakardial dan injeksi intramiocardial mungkin dapat efektif.2,3,4,5,7,8,10
Dosis  dewasa pemberian epinefrin secara intravena untuk menghilangkan bronkospasme adalah 0,1-0,25 mg (1-2,5 ml epinefrin dalam larutan 10,000ml),  pemberian epinefrin dianjurkan secara drip. Pada neonatus boleh diberikan 0,01 mg/kgbb. Untuk bayi dosis insial yang adekuat sekitar 0,05 mg dan akan bertahan selama 20-30 menit pada serangan asma.5,8
Dosis pada serangan jantung adalah 0,5- 10 mg ( 5- 10 ml dalam larutan 10,000). Epinefrin dapat diberikan selama melakukan resusitasi dengan di injeksikan intravena 5 ml  setiap 5 menit.5
Injeksi intra kardial hanya boleh dilakukan oleh orang yang terlatih, dan pemberian intravena tidak dapat dilakukan. Dosis pemberian intrakardial mulai dari 0,3 sampai 0,5 mg (3-5 ml dalam larutan 10,000).
Pemberian epinefrin harus hati-hati pada pasien hipertiroid, hipertensi,  dan aritmia cordis, juga pada pasien yang terdapat hambatan monoamine oksidase (MAO) harus diwaspadai karena dapat meningkat tekanan darah. Epinefrin tidak boleh digunakan dengan obat simpatomimetik lain (misal isoproterenol) karena kemungkinan dapat meningkatkan efek dan toksisitas.2,4,5
Epinefrin tidak dapat melewati sawar darah – otak. Efek sentral yang terlihat setelah pemberian adrenalin  (misalnya rasa takut) adalah murni reflektoris. Katekolamin yang ada di otak yang menjalankan fungsi penghantar rangsang, tidak diambil dari sirkulasi darah, melainkan disintesis sendiri di otak.2,5
Efek epinefrin juga dapat meningkatkan aritmia cordis yang serius, epinefrin hanya dianjurkan jika obat-obat lain yang digunakan tidak menunjukkan reaksi.4,5
Pemberian epinefrin pada pasien yang di lakukan general anestesi dengan cyclopropane atau haloten hidrokarbon (halotan ) yang sensitive terhadap miokardium dapat menyebabkan aritmia cordis. Epinefrin akan menurunkan efek dari obat-obat yang memblok reseptor β adrenergik seperti digitalis dan glikosid. Pembrian epinefrin bersama agen diuretic dan obat anti hipertensi akan menurunkan efek obat-obat tersebut karena epinefrin juga mempengaruhi kerja ginjal dan memblok neuron yang diproduksi oleh guanehidine, sehingga dosis obat-obat tersebut harus dinaikkan.5
Peningkatan tekanan darah arteri dapat mengakibatkan angina pectoris, rupture aorta, dan atau perdarahan otak. Juga dapat menyebabkan aritmia cordis yang serius pada pasien penderita sakit jantung dan pada pasien yang juga menggunakan obat-obatan yang berefek terhadap miokardium.2,4,5
Pemberian epinefrin per parenteral dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah renal dan dapat mengurangi produksi urine.5
Pemberian epinefrin dianjurkan untuk terapi alergi yang parah, atau keadaan darurat meskipun pereparat ini mengandung sodium metabisulfite dimana sulfite dapat menyebabkan reaksi alergi termasuk reaksi anafilaktik atau bahaya yang mengancam jiwa ataupun memperberat episode asma pada beberapa pasien.5
Efek samping adrenalin yang penting pada dosis tinggi adalah nokrosis jari-jari akibat vasokonstriksi dan akhirnya kolaps.4

2.      Nor Epinefrin.
Adalah derivat tanpa gugus metal pada atom N. neurohormon ini khususnya berkhasiat langsung terhadap reseptor α dengan efek vasokonstriksi  dan naiknya tekanan darah. Efek β hanya ringan kecuali kerjanya pada jantung (β1). Karena efek sampingnya lebih ringan, maka lebih disukai penggunaannya pada syok dan sebagainya.4

Norepineprin merupakan hormon katekolamin dan penetilamin dengan rumus kimia C8H11NO3 yang dilepaskan dari kelenjar adrenal ke dalam darah. Tetapi hormon ini juga termasuk neurotransmitter pada sistem saraf yang dilepaskan dari neuron noradrenergik selama transmisi sinaptik. Norepineprin adalah salah satu hormon stress dan sebagian efek pada otak untuk mengendalikan perhatian dan rangsangan. Seperti epineprin yang mempunyai efek fight or flight respon mengaktifkan sistem saraf simpatis yang langsung meningkatkan denyut jantung, memproduksi energi dari lemak Dan tenaga otot.11
Secara alami norepineprin diaktifkan karena situasi stress yang diaktifkan oleh nucleus di batang otak yang disebut locus ceruleus. Nukleus ini adalah lintasan alami norepineprin di otak . Neuron-neuron menggunakan epineprin sebagai neurotransmitternya dimulai dari locus ceruleus sepanjang lintassan yang menuju ke korteks serebri , sistem limbic, dan medulla spinalis. Epineprin bekerja pada reseptor a Dan b.11
Norepineprin di bentuk di medulla adrenal dari asam amino tirosin, reaksi pertama dioksidasi menjadi dihidroksi penilalanin (L-DOPA) diikuti oleh dekarboksilasi selanjutnya neurotransmitter dopamine dan akhirnya  terjadi b oksidasi menjadi norepineprin selanjutnya dapat metilasi menjadi epineprin.11
Cara kerja epinefrin adalah memacu reseptor a pada pembuluh darah arteri dan vena serta b1 pada jantung menghasilkan vasokonstriksi perifer dan stimulasi jantung dan kontraktilitas, efek sekunder dari norepineprin  terhadap kontraktilitas otot jantung adalah vasodilatasi koroner.11
Efek vasokonstriksi norepinefrin adalah kecuali pada arteri koronaria akan meningkatkan tekanan darah sistole dan diastol. Pada organ terisolasi, frekuensi jantung dan curah jantung juga akan ditinggikan oleh norepinefrin. Karena norepinefrin hanya mempunyai kerja β simpatomimetik yang lemah pada reseptor β2 otot polos bronchus, maka kerja relaksasinya pada otot usus dan bronchus kecil saja. Selain itu hanya sedikit menaikkan kadar gula darah. Norepinefrin mempunyai reaksi yang kuat terhadap reseptor α dan β1. Metilasi N amin norepinefrin akan meningkatkan afinitas pada reseptor β. Dengan memasukkan satu gugus alkyl yang besar pada N ini akan dapat memperbesar afinitasnya ini sedangkan afinitas pada reseptor α akan berkurang.1,11,12
Indikasi pemberian norepinefrin adalah dengan melihat kerjanya yang bersifat vasokonstriksi maka sangat baik diberikan pada pasien perdarahan difus dengan cara pemberian lokal. Dan juga baik sebagai tambahan pada anestetika lokal dan syok neurogenik digunakan melalui infus tetes (drip), karena setelah diinjeksikan kenaikan tekanan darah hanya bertahan beberapa menit. Juga digunakan pada keadaan penurunan tekanan darah akibat hipotensi akut, terapi cardiac arrest.11
Dosis pemberian epinefrin adalah Dewasa : pemberian intravena 2-3 ml/menit dengan dosis 4 mcg/ml (8-12 mcg/menit). Untuk meningkatkan respon digunakan dosis yang lebih tinggi (lebih dari 16 mcg/menit). Dapat juga digunakan pada pasien dengan pembatasan cairan. Dosis pemeliharaan 2-4 mcg/menit, tetapi terkadang dibutuhkan dosis tinggi dan penggunaan terapi jangka panjang.4,11
Pemberian epinefrin bersama Fhuzolidone, guenitidin, MAO Inhibitor, Metildopa, Rauwolfi alkaloid bisa meningkatkan respon tekanan, yang biasanya terjadi pada hipertensi berat. Pemberian bersama normal saline menyebabkan nor epinefrin dapat kehilangan efek terapinya. Dengan obat oksitosin, dapat menyebabkan hipertensi berat dan persisten. Jika diberikan bersama Penothiazine ( contoh Clorpromazine) dapat menurunkan efek Norefinefrin, Antidepresan Trisiklik dapat meningkatkan respon Nor epinefrin.11
Reaksi-reaksi pemberian nor epinefrin pada pasien dapat mengakibatkan reaksi terhadap organ-organ antara lain:
Cardiovaskuler: Hipotensi, meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer, menurunkan karbon monoksida, prekordial pain, ventrikuler aritmia, reflek bradikardi
Respirasi : gangguan pernafasan.
Sistem saraf pusat : sakit kepala, pusing, tremor, insomnia Dan ansietas.
Metabolisme : Asidosis metabolic Dan hiperglikemia.
Lain-lain : Gangren (jika disuntikkan pada pembuluh vena kecil), pembesaran tiroid, iritasi akibat ekstravasasi, penurunan produksi urine.11
Kontraindikasi pemberian epinefrin adalah hipovolemi, kecuali bila volume darah sudah di rehidrasi. Trombosis vaskuler mesenterikus dan perifer. Kontraindikasi relatif pada saat anestesi general dengan menggunakan halotan dan sicloprofane dan pada keadaan hipoksia dan hiperkarbia.11

















BAB III
KESIMPULAN

Obat simpatomimetik adalah obat adrenergik karena efek yang ditimbulkannya mirip dengan perangsangan saraf adrenergik atau efek neurotransmitter epinefrin dan norepinefrin dari susunan saraf simpatis.
Terdapat 2 tipe adrenoseptor yaitu adrenosptor α yang bertanggung jawab atas reaksi eksitatif ( misalnya vasokonstriksi dan kontraksi otot dilator pupil) dan raksi inhibisi (misalnya relaksasi otot polos usus). Tipe adrenoseptor kedua adalah adrenoseptor β yang bertanggung jawab atas reaksi inhibisi (misalnya vasodilatasi pembuluh darah dalam otot rangka, relaksasi uterus dan bronkus) dan reaksi eksitatif (stimulasi jantung baik frekuensi dan kekuatannya).
Epinefrin diindikasikan untuk pengobatan hipersensivitas akut (misalnya reaksi anafilaktik), pengobatan serangan asma akut, pengobatan dan pencegahan serangan jantung, serangan stroke dan adam stroke sindrom. Serta serangan henti jantung mendadak, terutama pada ventrikel. Epinefrin juga dapat diberikan sebagai analeptikum.
Pemberian epinefrin dapat secara intra vena injeksi, tetesan drip, dan atau intracardial, walaupun sekaran injeksi intrakardial sudah tidak direkomendasikan lagi. Pemberian injeksi epinefrin harus hati-hati kerena dapat mengakibatkan angina pektorism ruptur aorta, perdarahan otak dan nekrosis jari-jari.
Nor epinefrin diindikasikan pada keadaan hipotensi akut dan sebagai terapi cardiac arrest, perdarahan difus ataupun perdarahan lokal serta pada syok  neurogenik. Nor epinefrin juga digunakan sebagai bahan tambahan untuk anestesi lokal.
Pemberian nor epinefrin dapat secara injeksi intravena drip dan digunakan untuk terapi jangka panjang.
Nor epinefrin kontra indikasi untuk pasien dalam keadaan hipovolemi, trombosis vaskuler, serta pada keadaan hipoksia dan hiperkarbi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar