Selasa, 16 Agustus 2016

Gel lincomycin topikal untuk jerawat vulgaris: Studi yang dikontrol placebo multisentris



Gel lincomycin topikal untuk jerawat vulgaris: Studi yang dikontrol placebo multisentris

Intisari
Pendahuluan: Jerawat vulgaris umumnya diobati dengan antibakterial topikal. Kami mengevaluasi gel lincomycin, sebuah formula topikal baru untuk jerawat ringan hingga moderat. Materi dan Metode: Percobaan klinis dengan placebo, menggunakan metode double blind acak dan multisentris dilakukan dengan lincomycin hydrochloride dalam sediaan gel 2% terhadap 200 pasien dengan jerawat tingkat II dan tingkat III. Keparahan lesi jerawat dicatat pada saat awal penelitian dan setelah 4 minggu. Hasil: Sekitar 70% kasus dari kelompok penelitian menunjukkan respon baik hingga sempurna, yang secara signifikan lebih banyak, sebagaimana dibandingkan dengan 23% pada kelompok placebo. Frekuensi dan keparahan efek samping pada dua kelompok adalah sama. Kesimpulan: gel lincomycin hydrochloride merupakan pilihan pengobatan yang efektif dan aman untuk acne vulgaris ringan hingga moderat.


Pendahuluan
Antibakterial topikal yang digunakan untuk acne vulgaris beraksi melawan Propionibacterium acne. Antibakterial tersebut juga memiliki pengaruh tidak langsung yang ringan terhadap komedogenesis dan aktifitas anti radang dengan jalan menghalangi kemotaksis neutrofil. Erythromycin dan clindamycin saat ini merupakan antibiotik yang paling umum digunakan. Banyak kasus dilaporkan terjadi resistensi terhadap erythromycin yang telah mengemuka[1] dan oleh sebab itu, lincosamida seperti clindamycin lebih dapat diterima. Lincomycin adalah antibakterial lain dari kelompok ini yang memiliki aktifitas potensial melawan Propionibacterium acne.[2]

Materi dan Metode
Setelah pemahaman awal melalui studi toksikologi seperti studi toksisitas dermal akut dan kronis dengan menggunakan hewan model yang berbeda-beda,[3] percobaan klinis multisentris terhadap gel lincomycin hydrochloride 2% (Lynx; Wallace Pharma Pvt. Ltd., India) dimulai untuk mempelajari kemujarabannya dan keamanannya bagi jerawat vulgaris. Percobaan ini dilakukan di lima pusat yang berbeda dan diajukan oleh Drug Controller General of India.

Dua ratus dan enam belas pasien dengan jenis kelamin yang sama dan berumur diatas 12 tahun dengan lesi acne vulgaris yang secara klinis telah dikonfirmasi dan bertingkat dimasukkan dalam penelitian. Pasien-pasien tersebut didaftarkan dari OPD dermatologi pada pusat-pusat di atas setelah mengambil persetujuan resmi. Pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap lincosamida yang telah diketahui, dikeluarkan dari penelitian. Pasien rawat jalan dengan acne vulgaris Tingkat II dan Tingkat III dimasukkan dalam penelitian. Pembuatan tingkatan dilakukan menggunakan skala tingkatan Pillsbury.[4] Foto lesi jerawat diambil pada hari 1, 7, 14, 21 dan 28 untuk menilai kemujaraban obat.

Dari pasien yang didaftarkan pada tiap pusat, sekitar setengah dari mereka dimasukkan secara acak ke dalam kelompok treatmen obat dan setengahnya lagi dimasukkan ke dalam kelompok placebo. Berdasarkan kelompok mereka, pasien diberi tahu untuk mengoleskan gel lincomycin 2% atau gel placebo (formula gel yang sama tanpa lincomycin) pada lesi jerawat sehari dua kali setelah mencuci wajah dengan sabun dan air. Tidak terdapat terapi anti jerawat lain yang secara bersama-sama boleh diberikan. Jumlah, ukuran dan keparahan keradangan lesi dicatat secara terpisah untuk tiap wilayah tubuh pada saat kunjungan awal dan setiap minggu setelahnya selama 4 minggu. Metode double blind dilakukan dengan monitoring penelitian.

Respon terhadap pengobatan diukur sebagi berikut:
Respon sempurna : Kesembuhan lesi jerawat total secara klinis.
Respon baik : penurunan jumlah lesi jerawat sebesar 50% atau lebih.
Respon cukup : pengurangan jumlah lesi jerawat sebesar 25%-50%.
Respon buruk : Tidak ada respon, lesi pecah, atau penurunan jumlah lesi jerawat sebesar kurang dari 25%.

Pasien dimonitor akan terjadinya efek samping dari obat selama periode penelitian. Data secara statistik dianalisis menggunakan uji statistik t-test dan chi-square. Proporsi pasien dengan penurunan jumlah lesi, yaitu kemajuan atau kesembuhan jerawat, dan dengan hilangnya penyakit yang tergantung pada lesi awal, yang dievaluasi dengan basis klinis, diberikan dalam persentase.

Pengamatan dan Hasil
Semua ke-200 pasien yang menyelesaiakan penelitian, 100 masuk dalam kelompok placebo dan 100 ke dalam kelompok lincomycin. Kedua kelompok diperbandingkan, hubungannya dengan distribusi umur dan jenis kelamin pasien, durasi penyakit dan jumlah total lesi jerawat awal [Table-1].

Setelah pengobatan dimulai, jumlah lesi mulai berkurang dari minggu pertama dan seterusnya pada kedua kelompok, namun penurunan tersebut hanya sebesar 57.04% pada kelompok yang diobati dengan lincomycin, yang secara signifikan lebih banyak dibandingkan dengan 31.28% pada kelompok placebo [Table-2].

Berdasarkan penilaian umum, pada kelompok lincomycin, 70% kasus menunjukkan lebih dari 50% penurunan lesi jerawat, yang secara signifikan lebih banyak dalam gambaran sebesar 23% yang bersesuaian dengan kelompok yang diobati placebo. [Table-3].

Efek samping kebanyakan adalah ringan dan sembuh dengan sendirinya; yang umum adalah gatal-gatal, terbakar, kering, erythema, bersisik dan pigmentasi. Gatal-gatal, erythema dan pigmentasi sedikit lebih umum pada kelompok placebo daripada kelompok lincomycin [Table-4]. Tingkat drop out untuk lincomycin pada kelompok adalah 6%, sedangkan pada kelompok placebo adalah 10%. Tidak ada pasien yang dikeluarkan karena kejadian efek samping yang buruk.

Pembahasan
Jerawat adalah gangguan multifaktorial. Suppresi P. acnes dengan terapi antibiotik berkorelasi dengan kemajuan klinis.[5],[6] Antibiotik seperti erythromycin dan clindamycin, dan akhir-akhir ini azithromycin, adalah yang paling sering digunakan untuk mengobati acne vulgaris.[7] Sediaan topikal untuk jerawat tersedia dalam bermecam-macam sediaan, sediaan gel adalah yang paling disukai karena secara kosmetik dapat diterima dan paling cocok untuk kulit berminyak. Lincomycin yang diberikan secara topikal memiliki penetrasi jaringan yang baik dengan aktifitas potensial melawan P. acnes (MIC < 0.1-1.6 mcg/ml).[14] Dengan aksinya terhadap P. acnes, lincomycin mengeliminasi produksi asam lemak bebas dan enzim lokal lain yang bersifat mengiritasi yang dihasilkan oleh bakteri. Selanjutnya, lincomycin memilikii beberapa pengaruh yang bersifat immunomodulating dalam mengurangi keradangan.[15] Sifat lincomycin ini mengawali perkembangan sediaan topikalnya, yaitu lincomycin hydrochloride sebagai gel 2% (Lynx ®), untuk jerawat.

Dalam penelitian ini, kesembuhan lesi jerawat cukup memuaskan; respon baik (penurunan keparahan jerawat sebesar 50% atau lebih pada akhir 4 minggu) terlihat pada 70% pasien yang dibandingkan dengan hanya 23% pada kelompok yang diobati dengan placebo. Respon semacam ini pada 70% pasien dengan jerawat tingkat II dan tingkat III disebabkan oleh properti anti-jerawat yang perlu dicatat dari gel lincomycin 2%.

Efek samping yang teramati terkonsentrasi pada reaksi kulit seperti gatal-gatal, erythema, bersisik dan pigmentasi. Reaksi tersebut memiliki intensitas ringan dan sembuh dengan sendirinya. Reaksi tersebut terjadi umumnya pada kelompok placebo, salah satu penjelasan yang mungkin akibat berkurangnya penyakit. Tidak terdapat kasus sensitisasi kontak atau reaksi alergi kulit akut yang tercatat. Hampir semua antibiotik topikal berhubungan dengan beberapa iritasi kulit minor. Efek samping ini dapat dipengaruhi oleh media pembawa yang digunakan.[8]

Terjadinya resistensi terhadap erythromycin pada cutaneous propionibacteria pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat pada akhir 1970-an pada pasien yang diobati dengan erythromycin atau clindamycin topikal.[9] Respon baik terhadap lincomycin topikal dalam penelitian ini dapat dihasilkan dari fakta bahwa P. acnes telah memiliki resistensi terhadap antibiotik yang umum digunakan; seperti erythromycin, sedangkan lincomycin masih tetap efektif melawan strain P. acnes ini. Namun, hal ini perlu dibangun dengan perbandingan secara in vitro dan in vivo antara lincomycin dan erthromycin. Bahkan, resistensi silang antara lincomycin dan erythromycin belum teramati,[10] dan untuk lincomycin, resistensi berkembang dengan cara yang bersamaan.[11] Pada penelitian klinis oleh Eady et al, satu dari tiap empat pasien jerawat yang mengunjungi klinik, membawa Propionibacteria yang resisten terhadap erythromycin pada kulit wajah.[9],[12] Perkembangan resistensi pada jerawat dapat dibatasi dengan penggunaan antibiotik topikal secara rasional dan membatasi pengobatan antibiotik secara oral.[9],[13]

Sumber dukungan
Diawali dan didanai oleh Wallace Pharma Pvt. Ltd., India

Tidak ada komentar:

Posting Komentar